Thursday, October 29, 2009

SAJAK PERLAWANAN KAUM CICAK

Kami tahu tanganmu mencengkeram gari
karena kalian adalah bandit sejati

Kami tahu saku kalian tak pernah kering
karena kalian sekumpulan para maling

Kami mahfum kalian memilih menjadi bebal
sebab melulu sadar pangkat kalian hanyalah sekadar begundal

Kami tahu kalian berusaha terlihat kuat menendang-nendang
demikianlah takdir para pecundang

Kami mengerti otak kalian seperti robot
meski demikian kalian sungguh-sungguh gemar berkomplot

Kami sangat terang kenapa kalian begitu menyedihkan
karena kalian memang hanyalah gerombolan budak
yang meringkuk jeri di mantel sendiri

Kami tahu kenapa kalian gemetar ketakutan
dan tanganmu menggapai-gapai sangsi ke udara

karena kalian tahu
Kami tidak takut kepadamu
Kami tidak takut kepadamu
dan akan melawan tak henti-henti

kami tahu
kalian gemetar,
Kami sangat tahu
kalian sungguh gemetar!


10/09

Friday, October 23, 2009

Tantangan Kabinet Baru



Tugas berat sudah langsung menanti jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II begitu mereka selesai mengucapkan sumpah jabatan saat dilantik Preside Susilo Bambang Yudhoyono kemarin. Tugas berat itu adalah menjawab keraguan banyak kalangan akan kemampuan kabinet menghadapi tantangan selama lima tahun ke depan.

Bagi para menteri yang hampir semuanya baru ini, ibaratnya tak ada waktu lagi untuk mempelajari persoalan di bidang masing-masing. Mereka harus selekasnya melupakan luapan kegembiraan saat namanya disebut Presiden sebagai menteri, dan segera tune-in di kementrian yang dipimpinya. Menteri Agama, misalnya, sehari setelah dilantik mesti mengurus pelaksanaan ibadah haji—yang selama ini tak pernah beres tersebut.

Sumber karaguan khalayak pada kabinet anyar tak lain karena komposisinya yang berat ke partai politik. Kabinet yang penuh kompromi ini dikhawatirkan tidak bisa bekerja optimal. Publik belum lupa, Kebinet Indonesia Bersatu jilid satu sampai dibongkar-pasang dua kali karena kinerjanya yang kocar-kacir akibat dipenuhi orang politik.

Sebuah kekhawatiran yang wajar. Karena, kini, bahkan di kementrian bidang ekonomi juga disesaki kader partai politik. Mampu kah para menteri ini melumerkan perbedaan kepentingan politik agar target-target perekonomian ke depan bisa dicapai?

Mari kita lihat tantangan setahun ke depan saja. Fokus pembangunan pada 2010 adalah pada infrastruktur, energi, dan pertanian. Figur menteri yang membawahi bidang-bidang itu berasal dari berbagai partai politik. Hanya sebagian kecil saja dari profesional. Ini akan menjadi tugas berat bagi Menteri Korodinasi Perekonomian Hatta Rajasa (dari Partai Amanat Nasional) agar para menteri dibawah kordinasinya bisa seiring-sejalan.

Tantangan lain adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan sebesar 5,5 persen pada tahun depan. Ini bukan pekerjaan enteng. Sebab untuk itu pemerintah dituntut meningkatkan ekspor dan investasi. Inflasi pun harus ditekan serendah mungkin. Sedangkan saat ini dunia menghadapi kenaikan harga minyak. Jika kenaikan itu terus meroket, harba minyak di dalam negeri bukan tak mungkin akan ikut didongkrak. Tentu saja ini akan memicu inflasi tinggi.

Itu baru di sisi ekonomi. Tantangan lain, misalnya, terbentang di bidang kesejahteraan rakyat. Banyak isu yang mesti ditangani, mulai dari besarnya jumlah orang miskin (sekitar 32,5 juta), hingga naiknya angka pengangguran pada 2009.

Khalayak akan mendapat tanda apakah kementrian ini pro rakyat atau tidak dari cara Menteri Koordinasi Kesejahteraa Rakyat Agung Laksono menangani para korban semburan lumpur Lapindo. Faktanya, hingga kini, sasih banyak korban Lapindo yang hidup terlunta. Apakah politisi senior Partai Golkar itu memiliki terobosan baru untuk menangani persoalan, ataukah hanya meneruskan kebijakan pendahulunya, Aburizal Bakrie, yang terbukti tidak berhasil.
Terakhir, tapi bukan yang pamungkas, tantangan bagi pemerintah baru adalah dalam penumpasan praktik korpusi. Sudah setahun terakhir perang melawan koruptor ini mengalami pelumpuhan. Itu terjadi saat sebagian petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi dikriminalisasikan oleh polisi. Celakanya, presiden, enggan bersikap meski terlihat upaya mengkriminalkan petinggi KPK itu dilakukan di atas landasan hukum yang rapuh.

Pemerintah baru mempunyai tugas berat tak terkira untuk menepis keraguan masyarakat. Presiden tampaknya menyadari ancaman kegagalan itu sangat mungkin justru datang dari dalam timnya sendiri. Maka saat melantik para pembantunya ia menekankan bahwa loyalitas menteri adalah pada Presiden, dan bukan pada partai politiknya.

Jika presiden sendiri sudah mewanti-wanti demikian, dan diutarakan secara terbuka, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid II ini tak punya waktu untuk berleha-leha. Dan jika kelak mereka membuktikan bisa bekerja dengan baik, bolehlah sat itu melakukan sujud syukur.

Foto diambil dari: http://cdn.wn.com/o25/ph//2009/07/05/7ff253f6c99e27be8273863c726043a6-grande.jpg